TUGAS
MATA KULIAH
TEKNIK
PENYULUHAN PERTANIAN
“LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENYULUHAN PERTANIAN
Disusun
oleh
KELOMPOK
I
SUHERLAN
KUSMAWAN
PAULUS
MILKIADES TELLU
ANDI
HASRUL JAYA MAKATI
FIRDAUS
PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN
BOGOR
TAHUN
2013
KATA
PENGANTAR
Puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan
rahmat-Nya sehingga penyusunan laporan untuk tugas mata kuliah Teknik Penyuluhan Pertanian dengan judul “LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENYULUHAN
PERTANIANDI DESA PARAKAN KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN BOGOR” telah dapat kami selesaikan.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah Teknik Penyuluhan Pertanian serta
sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa STPP Bogor dalam upaya mengembangkan wawasan tentang metode
dan teknik penyuluhan pertanian.
Dalam
penyusunan laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Achmad Suwandi, selaku dosen mata kuliah Teknik Penyuluhan Pertanian dan
Bapak Arif Prastiyanto, SP selaku asisten dosen yang telah memberi saran dan masukan sehingga makalah ini dapat
diselesaikan.
Kami
menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan.
Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi kita semua. Amin.
Bogor, Nopember2013
Penulis
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR............................................................................. i
DAFTAR ISI........................................................................................... ii
I.
PENDAHULUAN............................................................................... 1
A.
Latar
Belakang.......................................................................... 1
B.
Tujuan........................................................................................ 2
II.
TINJAUAN PUSTAKA..................................................................... 3
A.
Pengertian Penyuluhan Pertanian.......................................... 3
B.
Materi, Metode dan Media Penyuluhan Pertanian................ 3
C.
Pemupukan Berimbang............................................................ 5
D.
Penyakit Kresek........................................................................ 6
III.
PELAKSANAAN
KEGIATAN......................................................... 8
A.
Waktu dan Tempat.................................................................... 8
B.
Alat dan Bahan.......................................................................... 8
C.
Sasaran ..................................................................................... 8
D.
Materi.......................................................................................... 8
E.
Pengorganisasian..................................................................... 9
F.
Evaluasi Kegiatan..................................................................... 9
G.
Jadwal Kegiatan........................................................................ 9
IV.
HASIL DAN
PEMBAHASAN.......................................................... 8
A.
Hasil............................................................................................ 8
B.
Pembahasan.............................................................................. 8
V.
SIMPULAN
DAN SARAN................................................................ 8
A.
Simpulan.................................................................................... 8
B.
Saran.......................................................................................... 8
DAFTAR PUSTAKA............................................................................. 10.
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Penyuluhan pertanian sebagai suatu upaya pemberdayaaan
memerlukan perencanaan yang tepat dan dilakukan secara partisipatif dalam
mewujudkan kemampuan petani serta mengembangkannya. Penyelenggaraan penyuluhan harus
disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan petani, dimana hal tersebut akan
mendorong proses pembelajaran bergulir secara alamiah karena pemberdayaan
tersebut tumbuh dari prakarsa petani itu sendiri. Hal ini sejalan dengan visi
penyuluhan pertanian, yaitu menjadikan penyuluhan pertanian sebagai sistem
pemberdayaan petani dan pelaku usaha pertanian yang tangguh untuk meningkatkan
daya saing dan kesejahteraan mereka.
Agar kegiatan penyuluhan dapat berhasil
sesuai dengan harapan, maka penyuluh harus menguasai metode dan teknik
penyuluhan pertanian. Metode, teknik dan materi penyuluhan yang disesuaikan
dengan kondisi dan kebutuhan sasaran setidaknya memberikan kepastian
diterimanya materi penyuluhan oleh sasaran. Jika materi penyuluhan yang
disampaikan oleh penyuluh disenangi dan
diminati sasaran maka keberhasilan penyuluhan sudah diambang pintu.
Mahasiswa STPP Bogor yang dipersiapkan
sebagai kader Penyuluh Pertanian yang profesional dituntut untuk mampu
melakukan kegiatan pemberdayaan terhadap petani melalui kegiatan penyuluhan
pertanian. Karena penyuluh sebagai ujung tombak keberhasilan kegiatan
penyuluhan pertanian, menjadi kunci keberhasilan pemberdayaan petani itu
sendiri. Untuk itu diperlukan kegiatan pembelajaran berupa praktik penyuluhan
pertanian secara langsung dilapangan. Kegiatan praktik penyuluhan ini sangat
berguna dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk mengetahui kondisi dan
permasalahan rill yang dihadapi petani.
Adapun kegiatan praktik penyuluhan
pertanian tersebut akan dilaksanakan di Kelompoktani Mawar Desa Parakan
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Kelompoktani Mawar dipilih sebagai
tempat praktik penyuluhan pertanian karena
beberapa pertimbangan antara lain :
1)
Kelompoktani
Mawar di Desa Parakan mempunyai potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia
yang mendukung untuk pengembangan komoditas pertanian terutama padi sawah
2)
Lokasi
Kelompoktani Mawar di Desa Parakan berdekatan dengan Kampus STPP Bogor sehingga
mudah dijangkau.
3)
Direkomendasikan
oleh Penyuluh Pertanian Wilbin Desa Parakan
Desa Parakan merupakan
salah satu desa yang terletak
di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah
mencapai 136,764 ha.Desa Parakan memiliki potensi di sektor pertanian. Lahan
pertanian berupa sawah mencapai 95.599 ha. Sebagian besar lahan pertanian
ditanami padi sawah yang merupakan komoditi unggulan.Lahan pertanian terutama
persawahan yang ada di Desa Parakan letaknya menyebar dan terpisah-pisah antara
satu dengan lainnya. Sebagian besar areal persawahan merupakan sawah irigasi.
Rata-rata luas kepemilikan lahan cukup kecil yaitu sekitar 0,25 ha.
Berdasarkan identifikasi
potensi wilayah yang dilakukan
melalui wawancara dengan Ketua Kelompoktani Mawar dan Penyuluh Wilbin Desa
Parakan serta pengamatan langsung di lapangan, telah diketahui bahwa permasalahan yang sedang dihadapi oleh
petani di Kelompoktani Mawar dan petani di Desa Parakan secara umum adalah
keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petani tentang pemupukan berimbang
dan adanya serangan penyakit kresek pada tanaman padi. Untuk itu materi yang
akan disampaikan pada kegiatan praktik penyuluhan pertanian di Kelompoktani
Mawar Desa Parakan adalah pemupukan berimbang dengan penetapan dosis pupuk
berdasarkan pengujian menggunakan alat Perangkat Uji Tanah sawah (PUTS) serta
pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah.
B.
Tujuan
Adapun tujuan kegiatan
Praktik Penyuluhan Pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan
Ciomas Kabupaten Bogor adalah:
1. Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menentukan dan mengemas
teknik penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan sasaran.
2. Untuk meningkatkan keterampilan petani dalam menentukan dosis pemupukan
berdasarkan pengujian menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan
pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian Penyuluhan Pertanian
Pada awal kegiatannya penyuluhan
pembangunan dikenal sebagai Agricultural
Extension (penyuluhan pertanian), terutama di beberapa negara seperti
Amerika Serikat, Inggris dan Belanda. Disebabkan penggunaannya berkembang di
bidang-bidang lain, maka berubah namanya menjadi Extension Education, dan di beberapa negara lain disebut Development Communication(Slamet, 2003).
Penyuluhan adalah proses
pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu
menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar,
teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan
produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta
meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (UU SP3K Tahun
2006).
Batasan penyuluhan bisa dilihat dari pendapat beberapa pakar.Mardikanto
(2003), mengartikan penyuluhan sebagai proses perubahan sosial,ekonomi, dan
politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuanmasyarakat melalui proses
belajar bersama yang partisipatif, agar terjadiperubahan perilaku pada diri
semuastakeholder(individu,
kelompok,kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi
terwujudnyakehidupan yang semakin berdaya, mandiri, partisipatif, dan sejahtera
secaraberkelanjutan.
B.
Materi, Metode, dan Media
Penyuluhan Pertanian
Materi
penyuluhan pertanian adalah segala isi yang terkandung dalam setiap kegiatan
penyuluhan pertanian (Kartasapoetra, 1987). Ilmu dan teknologi yang
disampaikan penyuluh kepada petani (sasaran) merupakan materi penyuluhan.
Materi penyuluhan pertanian harus sesuai dengan kebutuhan petani (sasaran) agar
mereka tertarik perhatian dan terangsang untuk memperaktekkannya.
Arboleda (1981)
menyatakan bahwa materi pokok (subject matter) harus mencakup : materi yang
harus diketahui oleh peserta/sasaran sebagai sasaran utama (vital subject
matter) sebanyak 50 persen, materi yang perlu diketahui sehubungan dengan
tujuan pertemuan (important subject matter) sebanyak 30 persen, materi yang
sebaiknya diketahui oleh peserta (helpful subject matter) 20 persen, dan materi
yang tidak perlu diketahui dan sebaiknya tidak perlu dibicarakan dalam
pertemuan (superfluous subject matter) sebanyak 0 persen.
Pesan
penyuluhan dapat berupa pesan kognitif, afektif, psikomotorik, dan kreatif.
Selain itu, pesan penyuluhan ada yang bersifat anjuran (persuasive), larangan
(instruktif), pemberitahuan (informative), dan hiburan (entertainment).
Mardikanto
(1993) menyatakan bahwa sumber materi penyuluhan dikelompokkan menjadi :
1. Sumber resmi dari instansi pemerintah (kementerian/dinas instansi terkait,
lembaga penelitian dan pengembangan, pusat-pusat pengkajian, pusat-pusat
informasi, dan pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh).
2. Sumber resmi dari lembaga-lembaga swasta/lembaga swadaya masyarakat yang
bergerak di bidang penelitian, pengkajian, dan penyebaran informasi.
3. Pengalaman petani (pengalaman usaha taninya sendiri atau hasil percontohan
yang dilakukan secara khusus dengan atau tanpa bimbingan penyuluh).
4. Sumber lain yang dapat dipercaya (informasi pasar dari pedagang, perguruan
tinggi dan lainnya)
Penyusunan
materi penyuluhan pertanian memerlukan barang bukti atau administrasi yang
dilengkapi dengan adanya lembar persiapan menyuluh (LPM), sinopsis, dan lembar
petunjuk lapangan penyuluhan.
Metode
penyuluhan pertanian adalah cara penyampaian materi penyuluhan pertanian
melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya agar
mereka bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru (Suriatna,
1987). Selanjutnya dikatakan bahwa metode penyuluhan pertanian dapat
digolongkan berdasarkan : teknik komunikasi (metode penyuluhan langsung
dan tidak langsung), jumlah sasaran (massal, kelompok, dan individual), dan
indera penerima sasaran (penglihatan, pendengaran, dan kombinasi indera
penerima).
Kartasapoetra
(1987) menyatakan bahwa dalam proses komunikasi penyuluhan pertanian diperlukan
media penyuluhan, yaitu saluran yang dapat menghubungkan penyuluh dengan materi
penyuluhannya dengan petani yang memerlukan penyuluhan. Oleh karena itu,
penyluh dan petani harus mengetahui saluran-saluran yang tepat bagi hubungannya
agar pesan-pesan (gagasan, pendapat, fakta, dan perasaan) penyuluh sampai dan
diterima dengan baik oleh para petani. Sebaliknya saran-saran, keberatan,
kesulitan, usul-usul dari petani akan sampai dan diterima dengan baik oleh
penyuluh.
Media penyuluhan dapat berupa media hidup, yaitu orang-orang tertentu yang
telah menerapkan materi penyuluhan dan pengetahuannya di bidang pertanian yang
dapat memperlancar hubungan antara penyuluh dan petani. Sedangkan media
mati adalah sarana tertentu yang selalu digunakan atau dapat digunakan sebagai
perentara hubungan penyuluh dan petani, seperti radio, televisi, majalah, surat
kabar, selebaran, leaflet, brosur, dan lain sebagainya.
C.
Pemupukan Berimbang
Penerapan pemupukan berimbang berdasar
uji tanah memerlukan data analisa tanah. Disisi lain daya jangkau
(aksesibilitas) pengguna, penyuluh dan petani untuk menganalisis contoh tanah
rendah karena: (1) biaya analisa tanah relatif mahal, (2) laboratorium uji
tanah di sekitar wilayah pertanian masih sangat terbatas, dan (3) sosialisasi
yang belum menyeluruh ke tingkat pengguna. Hal ini menyebabkan rekomendasi
pupuk untuk padi sawah masih bersifat umum dan seragam untuk seluruh Indonesia
(Cate et al., 2001).
Definisi uji tanah secara umum
adalah pengukuran sifat kimia atau fisik tanah, sedangkan definisi uji tanah
secara terbatas adalah analisis kimia secara cepat untuk menilai status
ketersediaan hara, salinitas, dan keracunan unsur dari tanah. Program uji tanah
adalah melakukan interpretasi, evaluasi, serta rekomendasi pemupukan dan
perubahannya berdasarkan analisis kimia (Westerman 1990).
Rekomendasi pemupukan berimbang
harus didasarkan atas penilaian status dan dinamika hara dalam tanah serta
kebutuhan tanaman, agar pemupukan efektif dan efisien. Pemupukan berimbang
tidak harus memberikan semua unsur makro/mikro yang dibutuhkan, tetapi
memberikan unsur yang jumlahnya tidak cukup tersedia untuk tanaman. Penambahan
hara yang sudah cukup tersedia justru menyebabkan masalah pencemaran lingkungan
(tanah dan perairan), terlebih bila status hara tanah sudah sangat tinggi.
Sebagai contoh pemupukan P terus menerus pada sawah intensifikasi menyebabkan
kejenuhan P dan ketidak-seimbangan hara di dalam tanah. Pemupukan P tidak lagi
memberikan peningkatan hasil tanaman yang nyata. Efisiensi pemupukan menjadi
rendah, dan kemungkinan unsur hara lain seperti Zn menjadi tidak tersedia
(Leiwakabessy, 2002).
Perangkat
Uji Tanah Sawah (PUTS) terdiri ata satu set alat dan bahan kimia untuk
menganalis kadar hara tanah sawah, serta dapat digunakan di lapangan dengan
relatif cepat, mudah, murah, dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk
mengukur kadar N, P, K, dan pH tanah. Hasil pengukuran kadar hara N, P, dan K
tanah dengan PUTS dikategorikan
menjadi tiga kelas status hara mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu
rendah (R), sedang (S), dan tinggi (T). PUTS merupakan penyederhanaan dari
pekerjaan analisis tanah di laboratorium yang didasarkan pada hasil penelitian
uji tanah. Satu paket kemasan PUTS terdiri atas (a) satu set larutan ekstraksi
untuk menetapkan N, P, K dan pH, dan (b) peralatan pendukung. Untuk mengetahui
status hara tanah sawah, petani atau penyuluh kini tidak perlu lagi mendatangi
laboratorium uji tanah. Dengan perangkat uji tanah sawah, pengujian dapat
dilakukan di lapangan dengan cepat, mudah, murah, dan hasilnya pun akurat
(Samino, 2008).
D.
Penyakit Kresek
Penyebab
penyakit hawar daun bakteri yang sering juga disebut denganpenyakit kresek yang
disebabkan oleh bakteri pathogenXanthomonas
campestris pv oryzae. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang paling
merugikan pada tanaman padi. Secara ekonomis penyakit ini cukup penting oleh
karena kehilangan hasilnya yang cukup besar. Kondisi pertanian di daerah tropis
yang panas dan lembab, termasuk sebagian besar sistem pertanian di Indonesia
yang sangat dipengaruhi oleh penyakit bacterial (Semangun, 1996).
Bakteri ini
berbentuk batang dan kapsul. Pada media buatan bakteri berukuran 1,3 – 2,2 x
0,5 – 0,8 µm. sel bakteri kadang-kadang tunggal denganflagella monotrichous
polar dengan panjang lebih dari 8,75µm. Bakteri bersifat aerob, gram negatif
dan tidak berspora. Pada medium agar, koloni bakteri berwarna kuning jerami,
berbentuk bulat, licin dan cembung. Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri ini
adalah 25 – 300C. suhu Pada suhu 530C bakteri ini akan
mati.
Di lapangan
terdapat dua bentuk gejala, yaitu kresek dan hawar. Kresek terjadi pada tanaman
muda, yaitu tanaman yang berumur sekitar satu bulan. Rumpun padi yang terkena
kresek secara keseluruhan menjadi layu. Di laboratorium, gejala ini dapat
dikonfirmasi oleh adanya eksudat bakteri yang keluar dari jaringan tanaman
sakit bila diamati di bawah mikroskop. Di lapangan, dapat dilihat dengan cara
memasukan daun-daun sakit ke dalam gelas berisi air jernih, biarkan sekitar 5-10
menit, maka air jernih dalam gelas akan berubah menjadi keruh karena massa
bakteri yang keluar dari dalam jaringan sakit. Gejala kresek ini sering mirip
dengan gejala karena penggerek batang, tepi daun atau bagian daun yang luka
berupa garis bercak dan bercak tersebut meluas sehingga perlu pengamatan yang
teliti agar diagnosisnya tidak keliru. Bila anakan sakit mudah dicabut,
kemungkinan besar karena penggerek, tetapi kalau sulit dicabut, kemungkinan
kresek (Suparyono, 2007).
Sedang gejala
hawar berkembang pada tanaman yang lebih tua. Dalam keadaan lembab, terutama di
musim hujan, eksudat bakteri dapat terbentuk pada gejala muda yang masih aktif.
Gulma, sisa-sisa tanaman, merupakan tempat patogen penyakit ini tinggal dan
bertahan selama bukan musim tanam. Bakterijuga berada dan bertahan dalam air
irigasi. Bakteri inilah yang menjadi sumber inokulum untuk pertanaman padi
musim berikutnya. Suhu panas (25 – 300C), kelembapan tinggi (90 %),
angin kencang, pemupukan nitrogen yang berlebih, dan hujan angin, sangat cocok
untuk mendukung perkembangan penyakit ini. Penyakit disebarkan oleh air
irigasi, kontak antar daun padi, dan percikan air hujan. Kegiatan selama
pemeliharaan, seperti penyiangan, pemupukan, dan sebagainya terutama yang dapat
mengakibatkan luka pada daun, juga sangat membantu penyebaran penyakit
(Suparyono, 2007).
Dengan kesadaran baru di
bidang pertanian yaitu dengan penerapan system pengendalian hama terpadu (PHT)
dengan cara memaksimalkan penerapan berbagai metode pengendalian hama secara
komprehensif dan mengurangi penggunaan pestisida. Salah satu komponen PHT
tersebut adalah pengendalian hayati dengan memanfaatkan bakteri antogonis
berbagai penelitian tentang bakteri antagonis terbukti bahwa beberapa jenis
bakteri potensial digunakan sebagai agensia hayati. Bakteri-bakteri antagonis
ini diantaranya selain dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor juga bisa
berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman,
Pemanfaatan bakteri-bakteri antagonis ini dimasa depan akan menjadi salah satu
pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga
kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan
(Hasanuddin, 2003).
III. PELAKSANAAN
KEGIATAN
A.
Waktu
dan Tempat
Kegiatan Praktik
Penyuluhan Pertanian dilaksanakan
pada tanggal 24 Nopember 2013bertempat
didi Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
B.
Alat
dan Bahan
Alat dan
bahan yang digunakan antara lain: PUTS, sampel tanah sawah, laptop,
infocus, peta singkap, Lembar Persiapan Menyuluh, Daftar Hadir, alat tulis, dan kamera untuk dokumentasi.
C.
Sasaran
Sasaran kegiatan Praktik
Penyuluhan Pertanian adalah pengurus dan anggota Kelompoktani Mawar Desa Parakan
Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
D.
Materi
Materi yang
disampaikan pada kegiatan Praktik Penyuluhan Pertanian di Kelompoktani Mawar
Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor adalah pemupukan
berimbang dengan penetapan dosis pupuk berdasarkan pengujian menggunakan alat
Perangkat Uji Tanah sawah (PUTS) serta pengendalian penyakit kresek pada
tanaman padi sawah.
Adapun teknis penyampaian materi tentang pemupukan
berimbang dengan melakukan uji tanah menggunakan PUTS adalah sebagai berikut :
1.
Memberikan
penjelasan kepada petani tentang perlunya penerapan pemupukan berimbang dan
penetapan dosis pupuk yang tepat sesuai kebutuhan tanaman.
2.
Menjelaskan
tentang PUTS sebagai alat uji kandungan
hara dalam tanah beserta kegunaannya.
3.
Menjelaskan cara
kerja pengujian tanah dengan PUTS
4.
Melakukan praktik pengambilan contoh tanah sawah
yanga kan diuji
5.
Melakukan proses ekstraksi contoh tanah
6.
Melakukan praktek pengukuran kadar hara dan
penetapannya sesuai buku panduan PUTS
7.
Menetapkan rekomendasi pupuk
Sedangkan rencana teknis penyampaian materi tentang pengendalian penyakit
kresek pada tanaman padi sawah adalah sebagai berikut :
1.
Memberikan
penjelasan kepada petani tentang bahaya penyakit kresek.
2.
Menjelaskan
tentang penyebab terjadinya serangan penyakit kresek.
3.
Menjelaskan
tentang gejala serangan penyakit kresek.
4.
Menjelaskan
tentang penyebaran penyakit kresek
5.
Menjelaskan
tentang upaya pengendalian penyakit kresek secara terpadu baik fisik, mekanis,
biologis dan kimia.
E.
Pengorganisasian
Dalam
mempermudah pelaksanaan kegiatan praktik penyuluhan pertanian yang
dilaksanakan, maka dilakukan pembagian tugas sebagai berikut:
1) Pembawa materi pemupukan berimbang :
Suherlan
2) Pembawa materi pengendalian penyakit kresek : Paulus M. Tellu
3) Operator media elektronik :
Kusmawan
4) Pendokumentasian : Firdaus
5) Pencatatan notulensi : Andi Hasrul
Jaya Makati
F.
Evaluasi
Evaluasi
dilaksanakan pada saat kegiatan sedang dilakukan dan sesudahnya dengan fokus utama mengenai proses
pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan tingkat efesiensi dan efektivitas
pelaksanaan, kemungkinan keberhasilan yang diperoleh dapat memberi sumbangan
kepada tujuan pembangunan pertanian,
tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki efesiensi dan efektivitas
pelaksanaan, dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan sebagai pelengkap
kegiatan yang telah direncanakan.
G.
Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal kegiatan praktik
penyuluhan pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas adalah
sebagai berikut:
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Praktik Penyuluhan Pertanian di Kelompoktani
Mawar
No
|
Hari/tanggal
|
Jam
|
Materi
|
Pembawa materi
|
1
|
Jum’at,
22-11-2013
|
14.00 s.d 15.30 WIB
|
Pemupukan berimbang
|
Suherlan
|
2
|
Jum’at,
22-11-2013
|
16.00 s.d 17.00 WIB
|
Pengendalian penyakit kresek
|
Paulus M. Tellu
|
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Materi yang disampaikan pada kegiatan Praktik Teknik Penyuluhan Pertanian
di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor terdiri
dari 2 materi yaitu pemupukan berimbang dengan penetapan dosis pupuk berdasarkan
pengujian menggunakan alat Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) serta pengendalian
penyakit kresek pada tanaman padi sawah.
1. Pengujian tanah
menggunakan alat Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Adapun teknis pelaksanaan pengujian tanah sawah menggunakan
alat Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah sebagai berikut:
a. Alat dan Bahan
Alat
yang digunakan dalam pengujian ini adalah cangkul untuk pengambilan sampel tanah,
bak pencampur/wadah tanah, tabung reaksi volume 10 ml sebanyak 6 buah, sendok
stainles 1 buah, pengaduk dari kaca 1 buah, rak tabung reaksi 1 buah, kertas
tissue pengering 1 bungkus, sikat pembersih tabung 1 buah, buku petunjuk PUTS.
Bahan yang digunakan adalah contoh
tanah, Larutan Pereaksi: N-1,
N-2, N-3, N-4, P-1,
P-2, K-1, K-2, K-3, pH-1, pH-2, dan air destilata/aquadest.
b.
Cara
Kerja
1) Pengambilan
Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan di lahan sawah milik petani anggota kelompoktani Mawar. Contoh tanah yang diambilterletak pada satu hamparan. Rumput, sisa jerami, bebatuan, kerikil,
sisa tanaman/bahan organik segar dipermukaan tanah disisihkan terlebih dahulu,
tanah dalam kondisi lembab, tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering.Contoh
tanah diambil menggunakan cangkul
pada kedalaman olah 0-20 cm.Contoh tanah dari masing-masing titik dicampur,
diaduk sampai homogen dalam bak plastik, jika ada kerikil, sisa tanaman
disingkirkan, dari campuran tanah tersebut diambil ½ kg dan disimpan dalam wadah plastik. Contoh tanah siap dianalisa.
2)
Penentuan
Unsur N
Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok
spatula atau 0,5cm yg diambil dengan spet dimasukkan tabung reaksi hingga 0,5ml
pada garis tabung reaksi, tambahkan 2 ml pereaksi N-1, aduk dengan pengaduk
kaca sampai rata, tambahkan 2 ml
pereaksi N-2 kemudian dikocok sampai rata, tambahkan lagi 3 tetes pereaksi N-3 kocok sampai rata,tambahkan
lagi 5-10
butir/seujung spatula pereaksi N-4, kocok 1 menit, diamkan 10 menit, bandingkan
warna biru yang muncul dari larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan
warna N tanah. Dan tentukan kadarnya Rendah, Sedang atau Tinggi.
3)
Penentuan
Unsur N
Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok
spatula atau 0,5cm yg diambil dengan spet dimasukkan tabung reaksi hingga 0,5ml
pada garis tabung reaksi, tambahkan 3 ml pereaksi P-1, aduk dengan pengaduk
kaca sampai rata, tambahkan 5-10 butir/seujung spatula pereaksi P-2, kocok 1
menit, diamkan 10 menit, bandingkan warna biru yang muncul dari larutan jernih
di permukaan tanah dengan bagan warna P tanah. Dan tentukan kadarnya Rendah,
Sedang atau Tinggi.
4)
Penentuan
Unsur K
Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok
spatula atau 0,5cm yg diambil dengan spet dimasukkan tabung reaksi hingga 0,5ml
pada garis tabung reaksi, tambahkan 2 ml pereaksi K-1, aduk dengan pengaduk
kaca sampai rata, tambahkan 1 tetes pereaksi K-2, kocok 1 menit, tambahkan 1
tetes K-3, kocok sampai rata, diamkan 10 menit, bandingkan warna kuning yang
muncul dari larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna K tanah. Dan
tentukan kadarnya Rendah, Sedang atau Tinggi.
5)
Penentuan
pH
Contoh
tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5cm yg diambil dengan spet
dimasukkan tabung reaksi hingga 0,5ml pada garis tabung reaksi, tambahkan 4 ml
pereaksi pH-1, aduk dengan pengaduk kaca sampai rata, tambahkan 1-2 tetes pH-2,
kocok 1 menit, diamkan 10 menit, bandingkan warna biru yang muncul dari larutan
jernih di permukaan tanah dengan bagan warna pH tanah. Dan tentukan kadarnya.
c.
Hasil Pengujian
Berdasarkan hasil pengujian terhadap unsur N, P, K dan pH
tanah yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
- Kandungan N tinggi
dengan rekomendasi dosis pemupukan 200 kg Urea per hektar.
- Kandungan P rendah
dengan rekomendasi dosis pemupukan 100 kg SP-36 per hektar.
- Kandungan K sedang
dengan rekomendasi dosis pemupukan 50 kg KCl per hektar dan 5 ton jerami.
- Kadar pH tanah agak
masam dengan rekomendasi perlakuan pengairan berselang dan pemupukan N
menggunakan pupuk urea.
2.
Pengendalian penyakit kresek pada
tanaman padi sawah.
Penyampaian materi
pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah berdasarkan urutannya
yaitu sebagai berikut:
a.
Penyebab penyakit
Penyakit
hawar daun bakteri atau yang
lebih dikenal dengan nama penyakit kresek merupakan salah satu
penyakit padi tersebar di berbagai ekosistem padi. Penyakit ini disebabkan oleh
bakteri Xanthomonas oryzae. Pathogen
ini dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman mulai
dari persemaian sampai menjelang panen.
b.
Penyebaran penyakit
Umumnya
bakteri ini menginfeksi melalui hidatoda atau luka, luka yang disebabkan karena
pergesekan daun (akibat terlalu rimbun) maupun luka pada saat bibit dicabut
dari persemaian untuk dipindahtanamkan. Setelah masuk ke dalam jaringan
tanaman, bakteri memperbanyak diri dalam ephitemi yang menghubungkan dengan
sistem vaskular tanaman, kemudian menyebar ke seluruh jaringan tanaman.
c.
Gejala serangan
Pada
tanaman yang berumur kurang dari 30 hari (persemaian atau awal pindah tanam),
gejalanya disebut kresek dengan dicirikan daun berwarna hijau kelabu, melipat
dan menggulung. Kondisi parah mengakibatkan seluruh daunnya menggulung, layu
kemudian mati, mirip tanaman terserang penggerek batang atau tersiram air panas
(lodoh).Setelah fase pembentukan anakan maksimal hingga fase pemasakan, gejala
serangannya disebut hawar dengan diawali adanya bercak kelabu (water soaked)
pada tepi daun, bila gejalanya meluas maka seluruh helaian daun akan mengering
(klaras).
d.
Pengendalian
Pengendalian
hawar daun bakteri harus dilakukan secara dini dengan memadukan semua komponen
pengendalian yang memiliki kompatibilitas tinggi dengan prinsip-prinsip budidaya
tanaman sehat dan pelestarian musuh alami. Pengendalian dapat dilakukan secara teknis, mekanis,
biologis, dan kimia dengan senantiasa memperhatikan kelestarian lingkungan.
B.
Pembahasan
Berdasarkan penyampaian materi penyuluhan pada kegiatan Praktik Teknik
Penyuluhan Pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor yang terdiri dari 2 materi yaitu pemupukan
berimbang dengan penetapan dosis pupuk berdasarkan pengujian menggunakan alat
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) serta pengendalian penyakit kresek pada
tanaman padi sawah, maka pembahasannya sebagai berikut :
1. Pengujian tanah
menggunakan alat Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Salah
satu paket teknologi spesifik lokasi yang bisa diterapkan adalah penerapan
dosis pemupukan berimbang
dan rasional berdasarkan spesifik
lokasi sesuai masing-masing desa, yang tentunya akan berbeda antar desa
meskipun masih dalam satu kecamatan.Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi bisa
didapatkan dengan melakukan uji tanah sawah menggunakan Perangkat Uji Tanah
Sawah (PUTS). Perangkat ini dapat menentukan status hara tanah sawah N, P dan K termasuk pH di lapangan dan kemudian hasil
analisanya digunakan sebagai salah satu rekomendasi aplikasi Pemupukan Hara Spesifik
Lokasi (PHSL).
Perangkat
Uji Tanah Sawah (PUTS) terdiri dari satu set alat dan bahan kimia untuk
analisis kadar hara tanah sawah, yang dapat digunakan di lapangan dengan
relatif cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur
kadar N, P, K dan pH tanah.
Hasil
pengukuran kadar hara N, P, dan K tanah dengan PUTS dikatagorikan menjadi tiga
kelas status hara mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu status rendah
(R), sedang (S) dan tinggi (T). PUTS ini merupakan penyederhanaan dari
pekerjaan analisa tanah di laboratorium yang didasarkan pada hasil penelitian
uji tanah.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap unsur N, P, K dan pH
tanah yang telah dilakukan di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor diperoleh hasil sebagai berikut :
- Kandungan N tinggi
dengan rekomendasi dosis pemupukan 200 kg Urea per hektar.
- Kandungan P rendah
dengan rekomendasi dosis pemupukan 100 kg SP-36 per hektar.
- Kandungan K sedang
dengan rekomendasi dosis pemupukan 50 kg KCl per hektar dan 5 ton jerami.
- Kadar pH tanah agak
masam dengan rekomendasi perlakuan pengairan berselang dan pemupukan N
menggunakan pupuk urea.
Secara umum PUTS ini dapat digunakan untuk penilaian status
kesuburan tanah sawah secara cepat. Tanah sawah yang mempunyai kandungan hara
N, P, dan K tinggi dinyatakan sebagai tanah-tanah sawah yang subur sehingga
upaya pelestarian produktivitas lahannya sedikit lebih ringan dibandingkan
tanah-tanah sawah yang berstatus hara rendah. Manfaat secara khusus adalah
pemberian rekomendasi pupuk N, P, dan K untuk padi sawah dapat lebih tepat dan
efisien sehingga diperoleh penghematan pupuk. Jumlah pupuk yang diberikan untuk
masing-masing kelas status hara tanah berbeda sesuai kebutuhan tanaman.
Adanya PUTS yang dapat
dioperasikan oleh penyuluh pertanian atau petani terlatih, dosis pupuk untuk
padi sawah lebih tepat dan efisien dan penerapannya dapat menjangkau wilayah
yang luas. Bagi petani, penggunaan PUTS ini dapat meningkatkan efisiensi
penggunaan pupuk dan menambah keuntungan secara ekonomi. Dari sisi lingkungan,
pemakaian pupuk yang tepat dan efisien dapat menekan pencemaran lingkungan dari
badan air (nitrat) dan dalam tanah (logam berat dari pupuk). Penerapan
pemupukan berimbang berdasar uji tanah dengan PUTS dapat menghemat pemakaian
pupuk secara nasional dan devisa negara.
2.
Pengendalian penyakit kresek pada
tanaman padi sawah.
Penyakit
hawar daun bakteri atau penyakit
kresek
merupakan salah satu penyakit yang
menyerang tanaman padi. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae. Pathogen
ini dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman mulai
dari persemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit menginfeksi tanaman
padi pada bagian daun melalui luka daun atau lubang alami berupa stomata dan
merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman
untuk melakukan fotosintesis.
Bakteri
ini berbentuk batang (basil) dengan satu flagel sebagai alat geraknya
(monotrik). Perkebangbiakannya secara vegetatif atau asexual dengan membelah
diri (divisio). Faktor lingkungan sangat mempengaruhi perkembangbiakannya,
terutama suhu, kelembaban dan cahaya. Suhu optimum
perkembangan bakteri ini adalah 30 derajat Celcius, sehingga banyak dijumpai di
daerah beriklim sedang dan tropis. Patogen ini mempunyai virulensi yang
bervariasi tergantung kemampuannya untuk menyerang varietas padi yang mempunyai
gen resistensi berbeda.
Bakteri
Xanthomonas oryzae termasuk dalam
bakteri heterotrof, karena membutuhkan suatu zat organik untuk kehidupannya,
ini menyebabkan bakteri Xanthomonas
oryzae merupakan salah satu bakteri parasit. Perpindahan atau penyebaran
dari sumber infeksinya (jerami yang terinfeksi, tunggul jerami, singgang dari
tanaman yang terinfeksi, benih, dan gulma inang) melalui hujan, angin dan
percikan air.
Kerugian
hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum
panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi
turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat
terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan
gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati.
Bila
serangan terjadi awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini
disebut kresek, pada tanaman dewasa menimbulkan gejala hawar. Gejala dimulai
dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering.Bila
serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna,
menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti
ini kehilangan hasil mencapai 50-70 %. Penyakit HDB biasa timbul terutama musim
hujan.
Pertanaman
yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tingi tanpa diimbangi dengan pupuk kalium
menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap HDB. Faktor lingkungan yang
sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu
perkembangan ini. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar
daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara
berlebihan, gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus
menerus, sebaiknya dilakukan secara berselang.
Untuk
menekan perkembangan penyakit HDB disarankan dengan pengendalian secara terpadu
yang mencakup cara budidaya dengan perlakuan bibit secara baik, jarak tanam
tidak terlalu rapat, pengairan berselang, pemupukan sesuai kebutuhan tanaman
dan varietas tahan. Bakteri penyebab penyakit HDB menginfeksi tanaman melalui
luka dan lubang alami, oleh karena itu memotong bibit sebelum ditanam sangat
tidak dianjurkan karena akan
mempermudah terjadinya infeksi oleh bakteri patogen.
Sering
kali petani tidak memperhatikan kondisi lingkungan dan pertanamannya,
pengendalian penyakit ini dilakukan setelah tanaman menampakkan gejala
serangan. Oleh karena kerugian yang ditimbulkan akibat serangan penyakit ini
cukup berat, maka pengendalian hawar daun bakteri (BLB) harus dilakukan secara
dini dengan memadukan semua komponen pengendalian yang memiliki kompatibilitas tinggi
dengan prinsip-prinsip budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami.
Beberapa teknik pengendalian dapat dilakukan sebagai
berikut :
a.
Pengendalian
secara fisik/mekanik
-
Sanitasi,
membersihkan lahan dari sumber-sumber infeksi dengan membakar jerami yang
terinfeksi bakteri Xanthomonas,
memastikan tunggul jerami dan singgang telah terdekomposisi sempurna, serta
membersihkan lahan dari gulma.
- Penggunaan
varietas tahan dan pergiliran varietas untuk menekan pembentukan strain baru
- Perlakuan
benih, perendaman benih dengan PGPR dan Choryne
bacterium diharapkan bisa menghasilkan bibit tanaman yang sehat dan menekan
perkembangbiakan bakteri patogen.
- Pengaturan
sistem tanam, jarak tanam yang ideal dengan sistem legowo bisa memperbaiki
aerasi di sekitar pertanaman dan cahaya bisa sampai ke seluruh bagian tanaman.
- Pemupukan
berimbang, dengan pemberian pupuk sesuai kebutuhan maka tanaman memiliki
jaringan yang kuat, dapat tumbuh dan berkembang baik serta memiliki kemampuanmempertahankan/memperbaiki
jaringan yang rusak akibat serangan patogen. Penggunaan pupuk berlebih bisa
mengakibatkan tanaman terlalu rimbun sehingga iklim mikro di sekitar pertanaman
sangat lembab dan ini memicu penyebaran/penularan bakteri.
-
Hindari pemotongan pucuk pada saat
pindah tanam karena menyebabkan luka yang beresiko mempermudah bakteri masuk ke
dalam jaringan tanaman
b.
Pengendalian secara biologis
Teknik ini
memanfaatkan mikroorganisme yang mampu menghambat perkembangan Xanthomonas sehingga populasinya
terkendali. Chorine bacterium merupakan
salah satu bakteri yang bisa menekan perkembangan bakteri patogenik,
aplikasinya pada saat perendaman benih dan penyemprotan pada umur 20 dan 40
hari setelah tanam
c.
Pengendalian secara kimiawi
Ketika
gejala serangan penyakit ini telah tampak, biasanya petani mulai mencari
pestisida yang tepat untuk mengendalikan BLB, namun sayangnya bakterisida yang
beredar di pasaran tidak begitu banyak dan kadang distribusinya tidak merata.
Berikut
beberapa pestisida yang bisa digunakan untuk mengendalikan serangan penyakit
kresek:
- Pestisida
berbahan aktif tembaga, penggunaannya bisa dicampurkan dengan pemupukan.
Beberapa contoh merek dagangnya antara lain : Champion 77WP, Kocide 54 WDG,
Funguran 80 WP, Nordox 56 WP.
- Pestisida
berbahan aktif antibiotik : Bactocyn 150 SL (teramisin 150 g/l), Kresek 150 SL
(oksitetrasiklin 150g/l) dan Puanmur 50 SP (chlorobromoisosianuric A/CBIA 50%)
-
Pemakaian
pestisida dilakukan secara bijaksana, gunakan dengan tepat (tepat sasaran,
jenis, dosis, waktu dan cara aplikasinya).
SIMPULAN DAN SARAN
A.
Simpulan
Berdasarkan praktik
penyuluhan pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas
Kabupaten Bogor, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Mahasiswa telah melaksanakan tahapan kegiatan praktik
teknik penyuluhan pertanian secara langsung di kelompoktani dengan tahapan yang
sudah disusun secara sistematik dan terorganisir sehingga menjadi pembelajaran
yang sangat berharga dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menentukan dan
mengemas teknik penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan sasaran.
2. Melalui praktik pengujian tanah sawah menggunakan Perangkat Uji Tanah
Sawah (PUTS) di Kelompoktani Mawar Desa Parakan, petani telah dapat mengetahui
dan menentukan dosis pemupukan berimbang sesuai dengan spesifik lokasi sehingga
dosis pupuk dapat ditentukan secara tepat. Adapun hasil pengujian tersebut
adalah sebagai berikut :
a. Kandungan N tinggi
dengan rekomendasi dosis pemupukan 200 kg Urea per hektar.
b. Kandungan P rendah
dengan rekomendasi dosis pemupukan 100 kg SP-36 per hektar.
c. Kandungan K sedang
dengan rekomendasi dosis pemupukan 50 kg KCl per hektar dan 5 ton jerami.
d. Kadar pH tanah agak
masam dengan rekomendasi perlakuan pengairan berselang dan pemupukan N
menggunakan pupuk urea.
3. Penyampaian materi
penyuluhan tentang pengendalian penyakit kresek dapat meningkatkan pengetahuan,
sikap dan keterampilan petani dalam menangani serangan penyakit kresek secara
tepat sesuai kaidah pengendalian hama terpadu. Pengendalian
hawar daun bakteri dilakukan secara dini dengan memadukan semua komponen
pengendalian yang memiliki kompatibilitas tinggi dengan prinsip-prinsip
budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami. Pengendalian dapat
dilakukan secara teknis, mekanis, biologis, dan kimia dengan senantiasa
memperhatikan kelestarian lingkungan.
B.
Saran
Ada beberapa saran yang dapat
disampaikan antara lain adalah sebagai berikut :
1. Tingkat kehadiran petani di Kelompoktani Mawar dalam kegiatan penyuluhan
masih rendah sehingga perlu terus ditingkatkan dimasa-masa yang akan datang.
2. Pelaksanaan praktik penyuluhan sebaiknya tidak terbatas hanya di
desa-desa sekitar kampus STPP Bogor saja, tetapi juga di pelosok-pelosok desa
yang jauh dari kampus dalam rangka lebih memberdayakan petani di pedesaan.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16
Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Departemen Pertanian
Arboleda, J.R.
1981. Subject Matter.
Bulog. Jakarta. 1981.
Cate, R. B., Jr. And L. A. Nelson. 2001. Factor Affecting Nitrogen Fertilizer
Volatilition. Montana State University, Bozeman.
Hasanuddin.
2003. Peningkatan peranan mikroorganisme
dalam sistem pengendalian penyakit tumbuhan secara terpadu. USU Digital Library
1. http://library.usu.aS.id/download/fp/fp-hasanuddin.
Diakses 1 Nopember 2013].
http://kjfbenteng.blogspot.com/2013/03/proposal-evaluasi-kinerja-penyuluh.htmldiakses
tanggal 5 Nopember 2013
Leiwakabessy,
F., dan O. Koswara. 2002. Relative
efficiency of broadcast versus banded potassium for corn. Agronomy Journal
58: 618 – 62.
Kartasapoetra,
A. G. 1987. Teknologi
Penyuluhan Pertanian. PT Bina Aksara. Jakarta
Mardikanto, T.
1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian.
Sebelas Maret University Press. Surakarta.
Samino. 2008. Manfaat
Pupuk Bagi Tanaman.<http://cybex.deptan.go.id/lokalita/manfaat-pupuk-bagi-tanaman>.Diakses
pada 27 Oktober 2013.
Semangun,
H.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press.
Yogyakarta.
Slamet, Margono.
2001 Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian
Di Era Otonomi Daerah, Institut Pertanian Bogor
Suparyono,
S. 2007. Peran sklerotium dan bentuk lain
pathogen Rhizoctonia solani Kuhn
sebagai sumber inokulum awal penyakit hawar pelepah padi. J.Perl. Tan.
Indon. 5:7-12.
Suriatna, S. 1987. Metode Penyuluhan Pertanian. PT. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta
Westerman, 1990. Cit. Al-Jabri, M. 2007. Perkembangan uji tanah dan strategi program
uji tanah masa depan di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 26(2):54-66.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar