Minggu, 01 Desember 2013

Laporan Teknik Penyuluhan Pertanian



TUGAS MATA KULIAH
TEKNIK PENYULUHAN PERTANIAN

LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENYULUHAN PERTANIAN
DI DESA PARAKAN KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN BOGOR






Disusun oleh
KELOMPOK I
SUHERLAN
KUSMAWAN
PAULUS MILKIADES TELLU
ANDI HASRUL JAYA MAKATI
FIRDAUS











PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN
SEKOLAH TINGGI PENYULUHAN PERTANIAN BOGOR
TAHUN 2013


KATA PENGANTAR


            Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat-Nya sehingga penyusunan laporan untuk tugas mata kuliah Teknik Penyuluhan Pertanian dengan judul “LAPORAN KEGIATAN PRAKTIK PENYULUHAN PERTANIANDI DESA PARAKAN KECAMATAN CIOMAS KABUPATEN BOGOR” telah dapat kami selesaikan.
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik Penyuluhan Pertanian serta sebagai bahan pembelajaran bagi mahasiswa STPP Bogor dalam upaya mengembangkan wawasan tentang metode dan teknik penyuluhan pertanian.
Dalam penyusunan laporan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir. Achmad Suwandi, selaku dosen mata kuliah Teknik Penyuluhan Pertanian dan Bapak Arif Prastiyanto, SP selaku asisten dosen yang telah memberi saran dan masukan sehingga makalah ini dapat diselesaikan.
Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan.
Semoga Allah SWT senantiasa meridhoi kita semua. Amin.


                                                                            Bogor,       Nopember2013


                                                                                    Penulis









DAFTAR ISI


KATA PENGANTAR.............................................................................          i
DAFTAR ISI...........................................................................................         ii
I.    PENDAHULUAN...............................................................................        1
A.   Latar Belakang..........................................................................        1
B.   Tujuan........................................................................................        2
II.   TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................        3
A.   Pengertian Penyuluhan Pertanian..........................................        3
B.   Materi, Metode dan Media Penyuluhan Pertanian................        3
C.   Pemupukan Berimbang............................................................        5        
D.   Penyakit Kresek........................................................................        6
III.  PELAKSANAAN KEGIATAN.........................................................        8
A.   Waktu dan Tempat....................................................................        8
B.   Alat dan Bahan..........................................................................        8
C.   Sasaran .....................................................................................        8
D.   Materi..........................................................................................        8
E.    Pengorganisasian.....................................................................        9
F.    Evaluasi Kegiatan.....................................................................        9
G.   Jadwal Kegiatan........................................................................        9
IV.  HASIL DAN PEMBAHASAN..........................................................        8
A.   Hasil............................................................................................        8
B.   Pembahasan..............................................................................        8
V.  SIMPULAN DAN SARAN................................................................        8
A.   Simpulan....................................................................................        8
B.   Saran..........................................................................................        8
           
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................     10.


I.         PENDAHULUAN

A.        Latar Belakang
Penyuluhan pertanian sebagai suatu upaya pemberdayaaan memerlukan perencanaan yang tepat dan dilakukan secara partisipatif dalam mewujudkan kemampuan petani serta mengembangkannya. Penyelenggaraan penyuluhan harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan petani, dimana hal tersebut akan mendorong proses pembelajaran bergulir secara alamiah karena pemberdayaan tersebut tumbuh dari prakarsa petani itu sendiri. Hal ini sejalan dengan visi penyuluhan pertanian, yaitu menjadikan penyuluhan pertanian sebagai sistem pemberdayaan petani dan pelaku usaha pertanian yang tangguh untuk meningkatkan daya saing dan kesejahteraan mereka.
Agar kegiatan penyuluhan dapat berhasil sesuai dengan harapan, maka penyuluh harus menguasai metode dan teknik penyuluhan pertanian. Metode, teknik dan materi penyuluhan yang disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan sasaran setidaknya memberikan kepastian diterimanya materi penyuluhan oleh sasaran. Jika materi penyuluhan yang disampaikan oleh penyuluh  disenangi dan diminati sasaran maka keberhasilan penyuluhan sudah diambang pintu.
Mahasiswa STPP Bogor yang dipersiapkan sebagai kader Penyuluh Pertanian yang profesional dituntut untuk mampu melakukan kegiatan pemberdayaan terhadap petani melalui kegiatan penyuluhan pertanian. Karena penyuluh sebagai ujung tombak keberhasilan kegiatan penyuluhan pertanian, menjadi kunci keberhasilan pemberdayaan petani itu sendiri. Untuk itu diperlukan kegiatan pembelajaran berupa praktik penyuluhan pertanian secara langsung dilapangan. Kegiatan praktik penyuluhan ini sangat berguna dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa untuk mengetahui kondisi dan permasalahan rill yang dihadapi petani.
Adapun kegiatan praktik penyuluhan pertanian tersebut akan dilaksanakan di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Kelompoktani Mawar dipilih sebagai tempat praktik penyuluhan pertanian karena beberapa pertimbangan antara lain :
1)      Kelompoktani Mawar di Desa Parakan mempunyai potensi sumberdaya alam dan sumberdaya manusia yang mendukung untuk pengembangan komoditas pertanian terutama padi sawah
2)      Lokasi Kelompoktani Mawar di Desa Parakan berdekatan dengan Kampus STPP Bogor sehingga mudah dijangkau.
3)      Direkomendasikan oleh Penyuluh Pertanian Wilbin Desa Parakan
Desa Parakan merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah mencapai 136,764 ha.Desa Parakan memiliki potensi di sektor pertanian. Lahan pertanian berupa sawah mencapai 95.599 ha. Sebagian besar lahan pertanian ditanami padi sawah yang merupakan komoditi unggulan.Lahan pertanian terutama persawahan yang ada di Desa Parakan letaknya menyebar dan terpisah-pisah antara satu dengan lainnya. Sebagian besar areal persawahan merupakan sawah irigasi. Rata-rata luas kepemilikan lahan cukup kecil yaitu sekitar 0,25 ha. 
Berdasarkan identifikasi potensi wilayah yang dilakukan melalui wawancara dengan Ketua Kelompoktani Mawar dan Penyuluh Wilbin Desa Parakan serta pengamatan langsung di lapangan, telah diketahui  bahwa permasalahan yang sedang dihadapi oleh petani di Kelompoktani Mawar dan petani di Desa Parakan secara umum adalah keterbatasan pengetahuan dan keterampilan petani tentang pemupukan berimbang dan adanya serangan penyakit kresek pada tanaman padi. Untuk itu materi yang akan disampaikan pada kegiatan praktik penyuluhan pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan adalah pemupukan berimbang dengan penetapan dosis pupuk berdasarkan pengujian menggunakan alat Perangkat Uji Tanah sawah (PUTS) serta pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah.
B.        Tujuan
Adapun tujuan kegiatan Praktik Penyuluhan Pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor adalah:
1.    Untuk meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menentukan dan mengemas teknik penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan sasaran.
2.    Untuk meningkatkan keterampilan petani dalam menentukan dosis pemupukan berdasarkan pengujian menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) dan pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah.



II.      TINJAUAN PUSTAKA

A.        Pengertian Penyuluhan Pertanian
Pada awal kegiatannya penyuluhan pembangunan dikenal sebagai Agricultural Extension (penyuluhan pertanian), terutama di beberapa negara seperti Amerika Serikat, Inggris dan Belanda. Disebabkan penggunaannya berkembang di bidang-bidang lain, maka berubah namanya menjadi Extension Education, dan di beberapa negara lain disebut Development Communication(Slamet, 2003).
Penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup (UU SP3K Tahun 2006).
Batasan penyuluhan bisa dilihat dari pendapat beberapa pakar.Mardikanto (2003), mengartikan penyuluhan sebagai proses perubahan sosial,ekonomi, dan politik untuk memberdayakan dan memperkuat kemampuanmasyarakat melalui proses belajar bersama yang partisipatif, agar terjadiperubahan perilaku pada diri semuastakeholder(individu, kelompok,kelembagaan) yang terlibat dalam proses pembangunan, demi terwujudnyakehidupan yang semakin berdaya, mandiri, partisipatif, dan sejahtera secaraberkelanjutan.
B.        Materi, Metode, dan Media Penyuluhan Pertanian
Materi penyuluhan pertanian adalah segala isi yang terkandung dalam setiap kegiatan penyuluhan pertanian (Kartasapoetra, 1987).  Ilmu dan teknologi yang disampaikan penyuluh kepada petani (sasaran) merupakan materi penyuluhan.  Materi penyuluhan pertanian harus sesuai dengan kebutuhan petani (sasaran) agar mereka tertarik perhatian dan terangsang untuk memperaktekkannya.
Arboleda (1981) menyatakan bahwa materi pokok (subject matter) harus mencakup : materi yang harus diketahui oleh peserta/sasaran sebagai sasaran utama (vital subject matter) sebanyak 50 persen, materi yang perlu diketahui sehubungan dengan tujuan pertemuan (important subject matter) sebanyak 30 persen, materi yang sebaiknya diketahui oleh peserta (helpful subject matter) 20 persen, dan materi yang tidak perlu diketahui dan sebaiknya tidak perlu dibicarakan dalam pertemuan (superfluous subject matter) sebanyak 0 persen.
Pesan penyuluhan dapat berupa pesan kognitif, afektif, psikomotorik, dan kreatif.  Selain itu, pesan penyuluhan ada yang bersifat anjuran (persuasive), larangan (instruktif), pemberitahuan (informative), dan hiburan (entertainment). 
Mardikanto (1993) menyatakan bahwa sumber materi penyuluhan dikelompokkan menjadi :
1.    Sumber resmi dari instansi pemerintah (kementerian/dinas instansi terkait, lembaga penelitian dan pengembangan, pusat-pusat pengkajian, pusat-pusat informasi, dan pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh).
2.    Sumber resmi dari lembaga-lembaga swasta/lembaga swadaya masyarakat yang bergerak di bidang penelitian, pengkajian, dan penyebaran informasi.
3.    Pengalaman petani (pengalaman usaha taninya sendiri atau hasil percontohan yang dilakukan secara khusus dengan atau tanpa bimbingan penyuluh).
4.    Sumber lain yang dapat dipercaya (informasi pasar dari pedagang, perguruan tinggi dan lainnya)
Penyusunan materi penyuluhan pertanian memerlukan barang bukti atau administrasi yang dilengkapi dengan adanya lembar persiapan menyuluh (LPM), sinopsis, dan lembar petunjuk lapangan penyuluhan.
Metode penyuluhan pertanian adalah cara penyampaian materi penyuluhan pertanian melalui media komunikasi oleh penyuluh kepada petani beserta keluarganya agar mereka bisa dan membiasakan diri menggunakan teknologi baru (Suriatna, 1987).  Selanjutnya dikatakan bahwa metode penyuluhan pertanian dapat digolongkan berdasarkan :  teknik komunikasi (metode penyuluhan langsung dan tidak langsung), jumlah sasaran (massal, kelompok, dan individual), dan indera penerima sasaran (penglihatan, pendengaran, dan kombinasi indera penerima).
Kartasapoetra (1987) menyatakan bahwa dalam proses komunikasi penyuluhan pertanian diperlukan media penyuluhan, yaitu saluran yang dapat menghubungkan penyuluh dengan materi penyuluhannya dengan petani yang memerlukan penyuluhan.  Oleh karena itu, penyluh dan petani harus mengetahui saluran-saluran yang tepat bagi hubungannya agar pesan-pesan (gagasan, pendapat, fakta, dan perasaan) penyuluh sampai dan diterima dengan baik oleh para petani.  Sebaliknya saran-saran, keberatan, kesulitan, usul-usul dari petani akan sampai dan diterima dengan baik oleh penyuluh.
Media penyuluhan dapat berupa media hidup, yaitu orang-orang tertentu yang telah menerapkan materi penyuluhan dan pengetahuannya di bidang pertanian yang dapat memperlancar hubungan antara penyuluh dan petani.  Sedangkan media mati adalah sarana tertentu yang selalu digunakan atau dapat digunakan sebagai perentara hubungan penyuluh dan petani, seperti radio, televisi, majalah, surat kabar, selebaran, leaflet, brosur, dan lain sebagainya.
C.        Pemupukan Berimbang
Penerapan pemupukan berimbang berdasar uji tanah memerlukan data analisa tanah. Disisi lain daya jangkau (aksesibilitas) pengguna, penyuluh dan petani untuk menganalisis contoh tanah rendah karena: (1) biaya analisa tanah relatif mahal, (2) laboratorium uji tanah di sekitar wilayah pertanian masih sangat terbatas, dan (3) sosialisasi yang belum menyeluruh ke tingkat pengguna. Hal ini menyebabkan rekomendasi pupuk untuk padi sawah masih bersifat umum dan seragam untuk seluruh Indonesia (Cate et al., 2001).
Definisi uji tanah secara umum adalah pengukuran sifat kimia atau fisik tanah, sedangkan definisi uji tanah secara terbatas adalah analisis kimia secara cepat untuk menilai status ketersediaan hara, salinitas, dan keracunan unsur dari tanah. Program uji tanah adalah melakukan interpretasi, evaluasi, serta rekomendasi pemupukan dan perubahannya berdasarkan analisis kimia (Westerman 1990).
Rekomendasi pemupukan berimbang harus didasarkan atas penilaian status dan dinamika hara dalam tanah serta kebutuhan tanaman, agar pemupukan efektif dan efisien. Pemupukan berimbang tidak harus memberikan semua unsur makro/mikro yang dibutuhkan, tetapi memberikan unsur yang jumlahnya tidak cukup tersedia untuk tanaman. Penambahan hara yang sudah cukup tersedia justru menyebabkan masalah pencemaran lingkungan (tanah dan perairan), terlebih bila status hara tanah sudah sangat tinggi. Sebagai contoh pemupukan P terus menerus pada sawah intensifikasi menyebabkan kejenuhan P dan ketidak-seimbangan hara di dalam tanah. Pemupukan P tidak lagi memberikan peningkatan hasil tanaman yang nyata. Efisiensi pemupukan menjadi rendah, dan kemungkinan unsur hara lain seperti Zn menjadi tidak tersedia (Leiwakabessy, 2002).
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) terdiri ata satu set alat dan bahan kimia untuk menganalis kadar hara tanah sawah, serta dapat digunakan di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah, dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K, dan pH tanah. Hasil pengukuran kadar hara N, P, dan K tanah dengan PUTS dikategorikan menjadi tiga kelas status hara mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu rendah (R), sedang (S), dan tinggi (T). PUTS merupakan penyederhanaan dari pekerjaan analisis tanah di laboratorium yang didasarkan pada hasil penelitian uji tanah. Satu paket kemasan PUTS terdiri atas (a) satu set larutan ekstraksi untuk menetapkan N, P, K dan pH, dan (b) peralatan pendukung. Untuk mengetahui status hara tanah sawah, petani atau penyuluh kini tidak perlu lagi mendatangi laboratorium uji tanah. Dengan perangkat uji tanah sawah, pengujian dapat dilakukan di lapangan dengan cepat, mudah, murah, dan hasilnya pun akurat (Samino, 2008).
D.        Penyakit Kresek
Penyebab penyakit hawar daun bakteri yang sering juga disebut denganpenyakit kresek yang disebabkan oleh bakteri pathogenXanthomonas campestris pv oryzae. Penyakit ini termasuk salah satu penyakit yang paling merugikan pada tanaman padi. Secara ekonomis penyakit ini cukup penting oleh karena kehilangan hasilnya yang cukup besar. Kondisi pertanian di daerah tropis yang panas dan lembab, termasuk sebagian besar sistem pertanian di Indonesia yang sangat dipengaruhi oleh penyakit bacterial (Semangun, 1996).
Bakteri ini berbentuk batang dan kapsul. Pada media buatan bakteri berukuran 1,3 – 2,2 x 0,5 – 0,8 µm. sel bakteri kadang-kadang tunggal denganflagella monotrichous polar dengan panjang lebih dari 8,75µm. Bakteri bersifat aerob, gram negatif dan tidak berspora. Pada medium agar, koloni bakteri berwarna kuning jerami, berbentuk bulat, licin dan cembung. Suhu optimum untuk pertumbuhan bakteri ini adalah 25 – 300C. suhu Pada suhu 530C bakteri ini akan mati.
Di lapangan terdapat dua bentuk gejala, yaitu kresek dan hawar. Kresek terjadi pada tanaman muda, yaitu tanaman yang berumur sekitar satu bulan. Rumpun padi yang terkena kresek secara keseluruhan menjadi layu. Di laboratorium, gejala ini dapat dikonfirmasi oleh adanya eksudat bakteri yang keluar dari jaringan tanaman sakit bila diamati di bawah mikroskop. Di lapangan, dapat dilihat dengan cara memasukan daun-daun sakit ke dalam gelas berisi air jernih, biarkan sekitar 5-10 menit, maka air jernih dalam gelas akan berubah menjadi keruh karena massa bakteri yang keluar dari dalam jaringan sakit. Gejala kresek ini sering mirip dengan gejala karena penggerek batang, tepi daun atau bagian daun yang luka berupa garis bercak dan bercak tersebut meluas sehingga perlu pengamatan yang teliti agar diagnosisnya tidak keliru. Bila anakan sakit mudah dicabut, kemungkinan besar karena penggerek, tetapi kalau sulit dicabut, kemungkinan kresek (Suparyono, 2007).
Sedang gejala hawar berkembang pada tanaman yang lebih tua. Dalam keadaan lembab, terutama di musim hujan, eksudat bakteri dapat terbentuk pada gejala muda yang masih aktif. Gulma, sisa-sisa tanaman, merupakan tempat patogen penyakit ini tinggal dan bertahan selama bukan musim tanam. Bakterijuga berada dan bertahan dalam air irigasi. Bakteri inilah yang menjadi sumber inokulum untuk pertanaman padi musim berikutnya. Suhu panas (25 – 300C), kelembapan tinggi (90 %), angin kencang, pemupukan nitrogen yang berlebih, dan hujan angin, sangat cocok untuk mendukung perkembangan penyakit ini. Penyakit disebarkan oleh air irigasi, kontak antar daun padi, dan percikan air hujan. Kegiatan selama pemeliharaan, seperti penyiangan, pemupukan, dan sebagainya terutama yang dapat mengakibatkan luka pada daun, juga sangat membantu penyebaran penyakit (Suparyono, 2007).
Dengan kesadaran baru di bidang pertanian yaitu dengan penerapan system pengendalian hama terpadu (PHT) dengan cara memaksimalkan penerapan berbagai metode pengendalian hama secara komprehensif dan mengurangi penggunaan pestisida. Salah satu komponen PHT tersebut adalah pengendalian hayati dengan memanfaatkan bakteri antogonis berbagai penelitian tentang bakteri antagonis terbukti bahwa beberapa jenis bakteri potensial digunakan sebagai agensia hayati. Bakteri-bakteri antagonis ini diantaranya selain dapat menghasilkan antibiotik dan siderofor juga bisa berperan sebagai kompetitor terhadap unsur hara bagi patogen tanaman, Pemanfaatan bakteri-bakteri antagonis ini dimasa depan akan menjadi salah satu pilihan bijak dalam usaha meningkatkan produksi pertanian sekaligus menjaga kelestarian hayati untuk menunjang budidaya pertanian berkelanjutan (Hasanuddin, 2003).




III.    PELAKSANAAN KEGIATAN

A.        Waktu dan Tempat
Kegiatan Praktik Penyuluhan Pertanian dilaksanakan pada tanggal 24 Nopember 2013bertempat didi Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
B.        Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan antara lain: PUTS, sampel tanah sawah, laptop, infocus, peta singkap, Lembar Persiapan Menyuluh, Daftar Hadir, alat tulis, dan kamera untuk dokumentasi.
C.        Sasaran
Sasaran kegiatan Praktik Penyuluhan Pertanian adalah pengurus dan anggota Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor.
D.        Materi
Materi yang disampaikan pada kegiatan Praktik Penyuluhan Pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor adalah pemupukan berimbang dengan penetapan dosis pupuk berdasarkan pengujian menggunakan alat Perangkat Uji Tanah sawah (PUTS) serta pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah.
Adapun teknis penyampaian materi tentang pemupukan berimbang dengan melakukan uji tanah menggunakan PUTS adalah sebagai berikut :
1.    Memberikan penjelasan kepada petani tentang perlunya penerapan pemupukan berimbang dan penetapan dosis pupuk yang tepat sesuai kebutuhan tanaman.
2.    Menjelaskan tentang PUTS  sebagai alat uji kandungan hara dalam tanah beserta kegunaannya.
3.    Menjelaskan cara kerja pengujian tanah dengan PUTS
4.    Melakukan praktik pengambilan contoh tanah sawah yanga kan diuji
5.    Melakukan proses ekstraksi contoh tanah
6.    Melakukan praktek pengukuran kadar hara dan penetapannya sesuai buku panduan PUTS
7.    Menetapkan rekomendasi pupuk
Sedangkan rencana teknis penyampaian materi tentang pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah adalah sebagai berikut :
1.    Memberikan penjelasan kepada petani tentang bahaya penyakit kresek.
2.    Menjelaskan tentang penyebab terjadinya serangan penyakit kresek.
3.    Menjelaskan tentang gejala serangan penyakit kresek.
4.    Menjelaskan tentang penyebaran penyakit kresek
5.    Menjelaskan tentang upaya pengendalian penyakit kresek secara terpadu baik fisik, mekanis, biologis dan kimia.
E.        Pengorganisasian
Dalam mempermudah pelaksanaan kegiatan praktik penyuluhan pertanian yang dilaksanakan, maka dilakukan pembagian tugas sebagai berikut:
1)    Pembawa materi pemupukan berimbang  : Suherlan
2)    Pembawa materi pengendalian penyakit kresek : Paulus M. Tellu
3)    Operator media elektronik  : Kusmawan
4)    Pendokumentasian : Firdaus
5)    Pencatatan notulensi  : Andi Hasrul Jaya Makati
F.         Evaluasi
Evaluasi dilaksanakan pada saat kegiatan sedang dilakukan dan sesudahnya dengan fokus utama mengenai proses pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan tingkat efesiensi dan efektivitas pelaksanaan, kemungkinan keberhasilan yang diperoleh dapat memberi sumbangan kepada tujuan pembangunan pertanian, tindakan korektif yang diperlukan untuk memperbaiki efesiensi dan efektivitas pelaksanaan, dan tindakan-tindakan lain yang diperlukan sebagai pelengkap kegiatan yang telah direncanakan.
G.        Jadwal Kegiatan
Adapun jadwal kegiatan praktik penyuluhan pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas adalah sebagai berikut:
Tabel 1 Jadwal Kegiatan Praktik Penyuluhan Pertanian di Kelompoktani Mawar
No
Hari/tanggal
Jam
Materi
Pembawa materi
1
Jum’at,
22-11-2013
14.00 s.d 15.30 WIB
Pemupukan berimbang
Suherlan
2
Jum’at,
22-11-2013
16.00 s.d 17.00 WIB
Pengendalian penyakit kresek
Paulus M. Tellu
IV.       HASIL DAN PEMBAHASAN

A.        Hasil
Materi yang disampaikan pada kegiatan Praktik Teknik Penyuluhan Pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor terdiri dari 2 materi yaitu pemupukan berimbang dengan penetapan dosis pupuk berdasarkan pengujian menggunakan alat Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) serta pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah.
1.    Pengujian tanah menggunakan alat Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Adapun teknis pelaksanaan pengujian tanah sawah menggunakan alat Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) adalah sebagai berikut:
a.    Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam pengujian ini adalah cangkul untuk pengambilan sampel tanah, bak pencampur/wadah tanah, tabung reaksi volume 10 ml sebanyak 6 buah, sendok stainles 1 buah, pengaduk dari kaca 1 buah, rak tabung reaksi 1 buah, kertas tissue pengering 1 bungkus, sikat pembersih tabung 1 buah, buku petunjuk PUTS.
Bahan yang digunakan adalah contoh tanah, Larutan Pereaksi: N-1, N-2, N-3, N-4, P-1, P-2, K-1, K-2, K-3, pH-1, pH-2, dan air destilata/aquadest.
b.    Cara Kerja
1)    Pengambilan Contoh Tanah
Pengambilan contoh tanah dilakukan di lahan sawah milik petani anggota kelompoktani Mawar. Contoh tanah yang diambilterletak pada satu hamparan. Rumput, sisa jerami, bebatuan, kerikil, sisa tanaman/bahan organik segar dipermukaan tanah disisihkan terlebih dahulu, tanah dalam kondisi lembab, tidak terlalu basah dan tidak terlalu kering.Contoh tanah diambil menggunakan cangkul pada kedalaman olah 0-20 cm.Contoh tanah dari masing-masing titik dicampur, diaduk sampai homogen dalam bak plastik, jika ada kerikil, sisa tanaman disingkirkan, dari campuran tanah tersebut diambil ½ kg dan disimpan dalam wadah plastik. Contoh tanah siap dianalisa.
2)    Penentuan Unsur N
Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5cm yg diambil dengan spet dimasukkan tabung reaksi hingga 0,5ml pada garis tabung reaksi, tambahkan 2 ml pereaksi N-1, aduk dengan pengaduk kaca sampai rata, tambahkan 2 ml pereaksi N-2 kemudian dikocok sampai rata, tambahkan lagi 3 tetes pereaksi N-3 kocok sampai rata,tambahkan lagi 5-10 butir/seujung spatula pereaksi N-4, kocok 1 menit, diamkan 10 menit, bandingkan warna biru yang muncul dari larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna N tanah. Dan tentukan kadarnya Rendah, Sedang atau Tinggi.
3)    Penentuan Unsur N
Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5cm yg diambil dengan spet dimasukkan tabung reaksi hingga 0,5ml pada garis tabung reaksi, tambahkan 3 ml pereaksi P-1, aduk dengan pengaduk kaca sampai rata, tambahkan 5-10 butir/seujung spatula pereaksi P-2, kocok 1 menit, diamkan 10 menit, bandingkan warna biru yang muncul dari larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna P tanah. Dan tentukan kadarnya Rendah, Sedang atau Tinggi.
4)    Penentuan Unsur K
Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5cm yg diambil dengan spet dimasukkan tabung reaksi hingga 0,5ml pada garis tabung reaksi, tambahkan 2 ml pereaksi K-1, aduk dengan pengaduk kaca sampai rata, tambahkan 1 tetes pereaksi K-2, kocok 1 menit, tambahkan 1 tetes K-3, kocok sampai rata, diamkan 10 menit, bandingkan warna kuning yang muncul dari larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna K tanah. Dan tentukan kadarnya Rendah, Sedang atau Tinggi.
5)    Penentuan pH
Contoh tanah uji sebanyak ½ sendok spatula atau 0,5cm yg diambil dengan spet dimasukkan tabung reaksi hingga 0,5ml pada garis tabung reaksi, tambahkan 4 ml pereaksi pH-1, aduk dengan pengaduk kaca sampai rata, tambahkan 1-2 tetes pH-2, kocok 1 menit, diamkan 10 menit, bandingkan warna biru yang muncul dari larutan jernih di permukaan tanah dengan bagan warna pH tanah. Dan tentukan kadarnya.


c.    Hasil Pengujian
Berdasarkan hasil pengujian terhadap unsur N, P, K dan pH tanah yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :
-     Kandungan N tinggi dengan rekomendasi dosis pemupukan 200 kg Urea per hektar.
-     Kandungan P rendah dengan rekomendasi dosis pemupukan 100 kg SP-36 per hektar.
-     Kandungan K sedang dengan rekomendasi dosis pemupukan 50 kg KCl per hektar dan 5 ton jerami.
-     Kadar pH tanah agak masam dengan rekomendasi perlakuan pengairan berselang dan pemupukan N menggunakan pupuk urea.
2.      Pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah.
Penyampaian materi pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah berdasarkan urutannya yaitu sebagai berikut:
a.    Penyebab penyakit
Penyakit hawar daun bakteri atau yang lebih dikenal dengan nama penyakit kresek merupakan salah satu penyakit padi tersebar di berbagai ekosistem padi. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae. Pathogen ini dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman mulai dari persemaian sampai menjelang panen.
b.    Penyebaran penyakit
Umumnya bakteri ini menginfeksi melalui hidatoda atau luka, luka yang disebabkan karena pergesekan daun (akibat terlalu rimbun) maupun luka pada saat bibit dicabut dari persemaian untuk dipindahtanamkan. Setelah masuk ke dalam jaringan tanaman, bakteri memperbanyak diri dalam ephitemi yang menghubungkan dengan sistem vaskular tanaman, kemudian menyebar ke seluruh jaringan tanaman.
c.    Gejala serangan
Pada tanaman yang berumur kurang dari 30 hari (persemaian atau awal pindah tanam), gejalanya disebut kresek dengan dicirikan daun berwarna hijau kelabu, melipat dan menggulung. Kondisi parah mengakibatkan seluruh daunnya menggulung, layu kemudian mati, mirip tanaman terserang penggerek batang atau tersiram air panas (lodoh).Setelah fase pembentukan anakan maksimal hingga fase pemasakan, gejala serangannya disebut hawar dengan diawali adanya bercak kelabu (water soaked) pada tepi daun, bila gejalanya meluas maka seluruh helaian daun akan mengering (klaras).
d.    Pengendalian
Pengendalian hawar daun bakteri harus dilakukan secara dini dengan memadukan semua komponen pengendalian yang memiliki kompatibilitas tinggi dengan prinsip-prinsip budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami. Pengendalian dapat dilakukan secara teknis, mekanis, biologis, dan kimia dengan senantiasa memperhatikan kelestarian lingkungan.
B.        Pembahasan
Berdasarkan penyampaian materi penyuluhan pada kegiatan Praktik Teknik Penyuluhan Pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor yang terdiri dari 2 materi yaitu pemupukan berimbang dengan penetapan dosis pupuk berdasarkan pengujian menggunakan alat Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) serta pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah, maka pembahasannya sebagai berikut :
1.      Pengujian tanah menggunakan alat Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS).
Salah satu paket teknologi spesifik lokasi yang bisa diterapkan adalah penerapan dosis pemupukan berimbang dan rasional berdasarkan spesifik lokasi sesuai masing-masing desa, yang tentunya akan berbeda antar desa meskipun masih dalam satu kecamatan.Rekomendasi pemupukan spesifik lokasi bisa didapatkan dengan melakukan uji tanah sawah menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS). Perangkat ini dapat menentukan status hara tanah sawah N, P dan K termasuk pH di lapangan dan kemudian hasil analisanya digunakan sebagai salah satu rekomendasi aplikasi Pemupukan Hara Spesifik Lokasi (PHSL).
Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) terdiri dari satu set alat dan bahan kimia untuk analisis kadar hara tanah sawah, yang dapat digunakan di lapangan dengan relatif cepat, mudah, murah dan cukup akurat. PUTS ini dirancang untuk mengukur kadar N, P, K dan pH tanah.
Hasil pengukuran kadar hara N, P, dan K tanah dengan PUTS dikatagorikan menjadi tiga kelas status hara mengacu pada hasil penelitian uji tanah, yaitu status rendah (R), sedang (S) dan tinggi (T). PUTS ini merupakan penyederhanaan dari pekerjaan analisa tanah di laboratorium yang didasarkan pada hasil penelitian uji tanah.
Berdasarkan hasil pengujian terhadap unsur N, P, K dan pH tanah yang telah dilakukan di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor diperoleh hasil sebagai berikut :
-     Kandungan N tinggi dengan rekomendasi dosis pemupukan 200 kg Urea per hektar.
-     Kandungan P rendah dengan rekomendasi dosis pemupukan 100 kg SP-36 per hektar.
-     Kandungan K sedang dengan rekomendasi dosis pemupukan 50 kg KCl per hektar dan 5 ton jerami.
-     Kadar pH tanah agak masam dengan rekomendasi perlakuan pengairan berselang dan pemupukan N menggunakan pupuk urea.
Secara umum PUTS ini dapat digunakan untuk penilaian status kesuburan tanah sawah secara cepat. Tanah sawah yang mempunyai kandungan hara N, P, dan K tinggi dinyatakan sebagai tanah-tanah sawah yang subur sehingga upaya pelestarian produktivitas lahannya sedikit lebih ringan dibandingkan tanah-tanah sawah yang berstatus hara rendah. Manfaat secara khusus adalah pemberian rekomendasi pupuk N, P, dan K untuk padi sawah dapat lebih tepat dan efisien sehingga diperoleh penghematan pupuk. Jumlah pupuk yang diberikan untuk masing-masing kelas status hara tanah berbeda sesuai kebutuhan tanaman.
Adanya PUTS yang dapat dioperasikan oleh penyuluh pertanian atau petani terlatih, dosis pupuk untuk padi sawah lebih tepat dan efisien dan penerapannya dapat menjangkau wilayah yang luas. Bagi petani, penggunaan PUTS ini dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk dan menambah keuntungan secara ekonomi. Dari sisi lingkungan, pemakaian pupuk yang tepat dan efisien dapat menekan pencemaran lingkungan dari badan air (nitrat) dan dalam tanah (logam berat dari pupuk). Penerapan pemupukan berimbang berdasar uji tanah dengan PUTS dapat menghemat pemakaian pupuk secara nasional dan devisa negara.
2.      Pengendalian penyakit kresek pada tanaman padi sawah.
Penyakit hawar daun bakteri atau penyakit kresek merupakan salah satu penyakit yang menyerang tanaman padi. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Xanthomonas oryzae pv.oryzae. Pathogen ini dapat menginfeksi tanaman padi pada semua fase pertumbuhan tanaman mulai dari persemaian sampai menjelang panen. Penyebab penyakit menginfeksi tanaman padi pada bagian daun melalui luka daun atau lubang alami berupa stomata dan merusak klorofil daun. Hal tersebut menyebabkan menurunnya kemampuan tanaman untuk melakukan fotosintesis.
Bakteri ini berbentuk batang (basil) dengan satu flagel sebagai alat geraknya (monotrik). Perkebangbiakannya secara vegetatif atau asexual dengan membelah diri (divisio). Faktor lingkungan sangat mempengaruhi perkembangbiakannya, terutama suhu, kelembaban dan cahaya. Suhu optimum perkembangan bakteri ini adalah 30 derajat Celcius, sehingga banyak dijumpai di daerah beriklim sedang dan tropis. Patogen ini mempunyai virulensi yang bervariasi tergantung kemampuannya untuk menyerang varietas padi yang mempunyai gen resistensi berbeda.
Bakteri Xanthomonas oryzae termasuk dalam bakteri heterotrof, karena membutuhkan suatu zat organik untuk kehidupannya, ini menyebabkan bakteri Xanthomonas oryzae merupakan salah satu bakteri parasit. Perpindahan atau penyebaran dari sumber infeksinya (jerami yang terinfeksi, tunggul jerami, singgang dari tanaman yang terinfeksi, benih, dan gulma inang) melalui hujan, angin dan percikan air.
Kerugian hasil yang disebabkan oleh penyakit hawar daun bakteri dapat mencapai 60%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada tingkat keparahan 20% sebulan sebelum panen, penyakit sudah mulai menurunkan hasil. Di atas keparahan itu, hasil padi turun 4% tiap kali penyakit bertambah parah sebesar 10%. Kerusakan terberat terjadi apabila penyakit menyerang tanaman muda yang peka sehingga menimbulkan gejala kresek, dapat menyebabkan tanaman mati.
Bila serangan terjadi awal pertumbuhan, tanaman menjadi layu dan mati, gejala ini disebut kresek, pada tanaman dewasa menimbulkan gejala hawar. Gejala dimulai dari tepi daun, berwarna keabu-abuan dan lama-lama daun menjadi kering.Bila serangan terjadi saat berbunga, proses pengisian gabah menjadi tidak sempurna, menyebabkan gabah tidak terisi penuh atau bahkan hampa. Pada kondisi seperti ini kehilangan hasil mencapai 50-70 %. Penyakit HDB biasa timbul terutama musim hujan.
Pertanaman yang dipupuk Nitrogen dengan dosis tingi tanpa diimbangi dengan pupuk kalium menyebabkan tanaman menjadi lebih rentan terhadap HDB. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terutama adalah kelembaban yang tinggi sangat memacu perkembangan ini. Oleh karena itu untuk menekan perkembangan penyakit hawar daun bakteri disarankan tidak memupuk tanaman dengan Nitrogen secara berlebihan, gunakan pupuk Kalium dan tidak menggenangi pertanaman secara terus menerus, sebaiknya dilakukan secara berselang.
Untuk menekan perkembangan penyakit HDB disarankan dengan pengendalian secara terpadu yang mencakup cara budidaya dengan perlakuan bibit secara baik, jarak tanam tidak terlalu rapat, pengairan berselang, pemupukan sesuai kebutuhan tanaman dan varietas tahan. Bakteri penyebab penyakit HDB menginfeksi tanaman melalui luka dan lubang alami, oleh karena itu memotong bibit sebelum ditanam sangat tidak dianjurkan karena akan mempermudah terjadinya infeksi oleh bakteri patogen.
Sering kali petani tidak memperhatikan kondisi lingkungan dan pertanamannya, pengendalian penyakit ini dilakukan setelah tanaman menampakkan gejala serangan. Oleh karena kerugian yang ditimbulkan akibat serangan penyakit ini cukup berat, maka pengendalian hawar daun bakteri (BLB) harus dilakukan secara dini dengan memadukan semua komponen pengendalian yang memiliki kompatibilitas tinggi dengan prinsip-prinsip budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami.
Beberapa teknik pengendalian dapat dilakukan sebagai berikut :
a.    Pengendalian secara fisik/mekanik
-     Sanitasi, membersihkan lahan dari sumber-sumber infeksi dengan membakar jerami yang terinfeksi bakteri Xanthomonas, memastikan tunggul jerami dan singgang telah terdekomposisi sempurna, serta membersihkan lahan dari gulma.
-     Penggunaan varietas tahan dan pergiliran varietas untuk menekan pembentukan strain baru
-     Perlakuan benih, perendaman benih dengan PGPR dan Choryne bacterium diharapkan bisa menghasilkan bibit tanaman yang sehat dan menekan perkembangbiakan bakteri patogen.
-     Pengaturan sistem tanam, jarak tanam yang ideal dengan sistem legowo bisa memperbaiki aerasi di sekitar pertanaman dan cahaya bisa sampai ke seluruh bagian tanaman.
-     Pemupukan berimbang, dengan pemberian pupuk sesuai kebutuhan maka tanaman memiliki jaringan yang kuat, dapat tumbuh dan berkembang baik serta memiliki kemampuanmempertahankan/memperbaiki jaringan yang rusak akibat serangan patogen. Penggunaan pupuk berlebih bisa mengakibatkan tanaman terlalu rimbun sehingga iklim mikro di sekitar pertanaman sangat lembab dan ini memicu penyebaran/penularan bakteri.
-     Hindari pemotongan pucuk pada saat pindah tanam karena menyebabkan luka yang beresiko mempermudah bakteri masuk ke dalam jaringan tanaman
b.    Pengendalian secara biologis
Teknik ini memanfaatkan mikroorganisme yang mampu menghambat perkembangan Xanthomonas sehingga populasinya terkendali. Chorine bacterium merupakan salah satu bakteri yang bisa menekan perkembangan bakteri patogenik, aplikasinya pada saat perendaman benih dan penyemprotan pada umur 20 dan 40 hari setelah tanam
c.    Pengendalian secara kimiawi
Ketika gejala serangan penyakit ini telah tampak, biasanya petani mulai mencari pestisida yang tepat untuk mengendalikan BLB, namun sayangnya bakterisida yang beredar di pasaran tidak begitu banyak dan kadang distribusinya tidak merata.
Berikut beberapa pestisida yang bisa digunakan untuk mengendalikan serangan penyakit kresek:
-     Pestisida berbahan aktif tembaga, penggunaannya bisa dicampurkan dengan pemupukan. Beberapa contoh merek dagangnya antara lain : Champion 77WP, Kocide 54 WDG, Funguran 80 WP, Nordox 56 WP.
-     Pestisida berbahan aktif antibiotik : Bactocyn 150 SL (teramisin 150 g/l), Kresek 150 SL (oksitetrasiklin 150g/l) dan Puanmur 50 SP (chlorobromoisosianuric A/CBIA 50%)
-     Pemakaian pestisida dilakukan secara bijaksana, gunakan dengan tepat (tepat sasaran, jenis, dosis, waktu dan cara aplikasinya).
SIMPULAN DAN SARAN

A.        Simpulan
Berdasarkan praktik penyuluhan pertanian di Kelompoktani Mawar Desa Parakan Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1.      Mahasiswa telah melaksanakan tahapan kegiatan praktik teknik penyuluhan pertanian secara langsung di kelompoktani dengan tahapan yang sudah disusun secara sistematik dan terorganisir sehingga menjadi pembelajaran yang sangat berharga dalam meningkatkan keterampilan mahasiswa dalam menentukan dan mengemas teknik penyuluhan pertanian sesuai dengan kebutuhan sasaran.
2.      Melalui praktik pengujian tanah sawah menggunakan Perangkat Uji Tanah Sawah (PUTS) di Kelompoktani Mawar Desa Parakan, petani telah dapat mengetahui dan menentukan dosis pemupukan berimbang sesuai dengan spesifik lokasi sehingga dosis pupuk dapat ditentukan secara tepat. Adapun hasil pengujian tersebut adalah sebagai berikut :
a.      Kandungan N tinggi dengan rekomendasi dosis pemupukan 200 kg Urea per hektar.
b.      Kandungan P rendah dengan rekomendasi dosis pemupukan 100 kg SP-36 per hektar.
c.      Kandungan K sedang dengan rekomendasi dosis pemupukan 50 kg KCl per hektar dan 5 ton jerami.
d.      Kadar pH tanah agak masam dengan rekomendasi perlakuan pengairan berselang dan pemupukan N menggunakan pupuk urea.
3.      Penyampaian materi penyuluhan tentang pengendalian penyakit kresek dapat meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan petani dalam menangani serangan penyakit kresek secara tepat sesuai kaidah pengendalian hama terpadu. Pengendalian hawar daun bakteri dilakukan secara dini dengan memadukan semua komponen pengendalian yang memiliki kompatibilitas tinggi dengan prinsip-prinsip budidaya tanaman sehat dan pelestarian musuh alami. Pengendalian dapat dilakukan secara teknis, mekanis, biologis, dan kimia dengan senantiasa memperhatikan kelestarian lingkungan.
B.        Saran
Ada beberapa saran yang dapat disampaikan antara lain adalah sebagai berikut :
1.      Tingkat kehadiran petani di Kelompoktani Mawar dalam kegiatan penyuluhan masih rendah sehingga perlu terus ditingkatkan dimasa-masa yang akan datang.
2.      Pelaksanaan praktik penyuluhan sebaiknya tidak terbatas hanya di desa-desa sekitar kampus STPP Bogor saja, tetapi juga di pelosok-pelosok desa yang jauh dari kampus dalam rangka lebih memberdayakan petani di pedesaan.

























DAFTAR PUSTAKA


Anonim. 2006. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan. Departemen Pertanian

Arboleda, J.R.  1981.  Subject Matter.  Bulog.  Jakarta.  1981.

Cate, R. B., Jr. And L. A. Nelson. 2001. Factor Affecting Nitrogen Fertilizer Volatilition. Montana State University, Bozeman.

Hasanuddin. 2003. Peningkatan peranan mikroorganisme dalam sistem pengendalian penyakit tumbuhan secara terpadu. USU Digital Library 1.  http://library.usu.aS.id/download/fp/fp-hasanuddin. Diakses 1 Nopember  2013].


Leiwakabessy, F., dan O. Koswara. 2002. Relative efficiency of broadcast versus banded potassium for corn. Agronomy Journal 58: 618 – 62.

Kartasapoetra, A. G.  1987.  Teknologi Penyuluhan Pertanian.  PT Bina Aksara.  Jakarta

Mardikanto, T. 1993. Penyuluhan Pembangunan Pertanian. Sebelas Maret University Press. Surakarta.

Samino. 2008. Manfaat Pupuk Bagi Tanaman.<http://cybex.deptan.go.id/lokalita/manfaat-pupuk-bagi-tanaman>.Diakses pada 27 Oktober 2013.

Semangun, H.1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Slamet, Margono. 2001 Paradigma Baru Penyuluhan Pertanian Di Era Otonomi Daerah, Institut Pertanian Bogor

Suparyono, S. 2007. Peran sklerotium dan bentuk lain pathogen Rhizoctonia solani Kuhn sebagai sumber inokulum awal penyakit hawar pelepah padi. J.Perl. Tan. Indon. 5:7-12.

Suriatna, S.  1987.  Metode Penyuluhan Pertanian.  PT. Medyatama Sarana Perkasa. Jakarta

Westerman, 1990. Cit. Al-Jabri, M. 2007. Perkembangan uji tanah dan strategi program uji tanah masa depan di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian, 26(2):54-66.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar